Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Muhammad Namamu, Pemberian Kakekmu



Saya dan istri pertama kali ditugaskan sebagai guru ditempat terpencil yang cukup jauh dari ibu kota Kabupaten, Tepatnya di Tumbang Sanamang, Kecamatan Katingan Hulu,  ditempuh dengan 2 kali perjalanan darat dan air yang untuk sampai kelokasi tempat tugas bisa sampai setengah hari penuh.

Ditempat tugas yang baru kami diijinkan oleh kepala sekolah tinggal menempati sebuah perpustakaan yang disekat - sekat menggunakan triplek, dan juga dibagi dengan 2 orang guru baru lainnya. Maklum sekolah baru dibangun dan diresmikan, jadi belum ada perumahan dinas untuk guru dan siswanya pun masih sedikit. Ruangan yang dibangun cukup banyak dan lengkap,  Cuma isi ruangannya masih kosong. Kamipun sebenarnya guru yang pertama yang ditugaskan pemerintah disekolah itu.

Setahun setelah ditugaskan,Tepat pukul 13.30 lonceng pulang sekolah berbunyi, saya segera pulang ketempat tinggal kami, istri saya sudah sejak pagi ijin tidak masuk kantor karena merasa tidak enak badan. Dan sebagian guru bilang mungkin sudah ada tanda - tanda akan melahirkan, saya sebagai orang yang baru pertama kali akan memiliki anak mulai cemas, meminta tolong bidan datang untuk memeriksa kondisinya, bidan setelah memeriksa mengatakan memang sudah saatnya melahirkan. Kami mencoba bersabar sambil menunggu proses kelahiran

Lokasi yang jauh dari rumah sakit terdekat, transportasi yang sulit dan dengan kondisi kami tidak mempunyai keluarga dekat disini, agak membuat khawatir awalnya, akan tetapi dengan dukungan rekan - rekan guru dan tetangga - tetangga yang datang sambil mendoakan agar persalinan lancar mengurangi kekhawatiran itu, meski begitu masuk waktu larut malam dan hingga subuh, kondisi istri tidak berubah, tetap merasa kesakitan, bidan yang menunggupun sepertinya mulai agak khawatir.

Karena kondisi sekolah tempat kami tinggal lumayan jauh dari pemukiman penduduk, Bapak kepala sekolah menyarankan lebih baik istri saya dibawa turun saja kedekat rumah rumah penduduk, dan kebetulan ada keluarga jauh istri tinggal dibawah, kami memutuskan membawa istri turun kerumah keluarga istri saya tadi. Pertimbangannya agar bantuan bisa cepat diberikan jika diperlukan, karena tidak ada mobil ambulan atau mobil lainnya di tempat kami, istriku dibawa menggunakan gerobak yang didorong oleh beberapa orang, diatas gerobah di taruh tilam beberapa lapis, kemudian setelah istri saya dimasukkan dalam gerobak ditutupi dengan selimut badannya.

Pada malam harinya, banyak orang datang menjenguk dan membawa berbagai macam obat obatan kampung, serta dengan memberitahu berbagai macam teknik atau cara melahirkan agar cepat berdasarkan pengalaman masing - masing untuk membatu persalinan. Namun hingga larut malam kedua, belum ada tanda tanda kelahiran. Menjelang subuh bu bidan menyarankan agar segera  dibawa ke rumah sakit kabupaten agar tidak terlambat proses persalinan, karena menurut bidan bisa jadi bayinya tidak bisa keluar karena Panggul istri dalam kondisi Sempit.  Setelah berunding dengan keluarga istri dan tetangga yang ikut menunggu, diputuskan pagi harinya istri saya dibawa turun menggunakan Speed boat, karena untuk mencarter sebuah speed boat cukup mahal saya  memesan beberapa kursi untuk kami di speed penumpang, yang ternyata begitu sampai dipelabuhan penumpangnya sudah cukup banyak. Selain saya berdua dengan istri, keluarga istri saya juga ikut turun menemani diSpeed disertai ibu angkat istri waktu pertama kali ke tempat tugas dan juga bu Bidan serta seorang dokter muda yang khawatir terjadi sesuatu dalam perjalanan. Karena jarak ke Rumah Sakit Kabupaten Sangat jauh.

Melihat kondisi istri yang sedang kesakitan beberapa penumpang memahami kondisi kami, kemudian kami diberi tempat yang agak luas dispeed, istri saya dibaringkan ditengah – tengah kursi penumpang dan dikanan kirinya diapit penumpang lainnya dalam kondisi seperti sedang dijaga. Sambil menahan rasa sakit istri saya mengucapkan terima kasih atas pengertian semuanya dan saya pun ikut mengucapkan terima kasih dan meminta maaf apabila keadaan kami mengganggu penumpang lain, saya juga bersyukur banyak orang baik yang berusaha membantu kami baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kesulitan yang kami hadapi kami saat itu.

Sekitar 3 jam perjalanan lewat air,  kami sampai di dermaga, Tumbang Samba, tempat transit yang akan membawa kami ke rumah sakit di ibu kota kabupaten, Kasongan, lewat jalan darat, kebetulan ada seorang bidan di dermaga tempat kami singgah dan dia merasa terdorong untuk membantu, setelah memeriksa dia menyatakan proses melahirkan sudah dekat, kemungkinan tidak sempat dan akan melahirkan dijalan kalau dibawa ke kabupaten, sarannya antar saja ke puskesmas terdekat didaerah tersebut, nanti dia yang akan membantu persalinan.

Kami segera pergi ke Puskesmas yang disarankan, dan tampak bu bidan dan rekan - rekannya sudah menunggu bersama seorang dokter. Setelah dimasukkan keruang bersalin, beberapa jam kemudian tepatnya pukul 11.00 WIB, anak pertama kami lahir, saat itu saya merasa lega, bahagia dan bersyukur.

Setelah menjenguk anak dan istri dan memastikan keduanya sehat saya memutuskan istirahat karena beberapa hari ini kurang tidur, namun beberapa jam kemudian, ada pemberitahuan dari bidan ada kejanggalan dengan kondisi anak kami. Akhirnya pada malam harinya anak pertama kami yang dibanggakan meninggal dunia. Saya hanya bisa termangu seakan tidak percaya, baru saja dikarunia kebahagiaan, sudah mendapatkan ujian yang luar biasa, setelah memberitahu istri, dia sepertinya memahami juga bahwa ini ujian bagi kami dan tampaknya dia lebih tabah dan mampu menghadapinya.

Beberapa saat setelah anak kami meninggal, hujan lebat hingga pagi hari, Puskesmas tempat kami tinggal kebanjiran dan kami kesulitan mencari tanah pemakaman karena semuanya terkena banjir dan komplek pemakaman  penuh air tidak bisa digali. Setelah mencari kesana kemari kami diberitahukan ada pemakaman baru diatas bukit yang tidak  terkena banjir.

Dengan bantuan beberapa kerabat, anak kami disholatkan, sebelum disholatkan Ayah saya yang sempat datang menjenguk kami, yang juga kakek dari anak kami memberikan Nama Muhammad untuk anak kami yang baru meninggal,  setelah itu dibawa ke Pemakaman Baru, dan ternyata anak kami adalah orang kedua yang dimakamkan dipemakaman tersebut. Setelah  pemakaman, kami dengan ikhlas melepas kepergian anak kami dengan doa, kami menganggap inilah rencana terbaik yang diberikan Allah untuk kami hari ini, dan kami yakin suatu saat akan diberi yang lebih baik lagi.

“Ya Allah, jadikanlah Bayi ini bagian kebahagiaan kami, berikanlah pahala atas kesabaran kami, jadikanlah dia sebagai tamu di surga, harta yang disimpan disisi Mu, Syafaat yang membela kami diakhirat, dan wakil yang mendoakan kebaikan bagi Kami, Amiin yarabbal alamin”

Tumbang Samba, waktu itu 23 Juni 2006

Posting Komentar untuk "Muhammad Namamu, Pemberian Kakekmu"