Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asal Usul Pulau Malan 2



Dahulu kala, di sebuah desa, hiduplah tiga bersaudara yang tinggal bersama. Saudara tertua dan tengah adalah Jangkan dan Renge, sedangkan adik perempuan mereka bernama Bungen Hewau. Kecantikan Bungen Hewau menjadi sorotan di desa tersebut, dan kabar tentang keindahannya menyebar ke seluruh penjuru.

Kabar tentang kecantikan Bungen Hewau sampai ke langit dan didengar oleh seorang dewa sakti bernama Nyahu Lentup. Dewa Nyahu memiliki seorang putra yang belum menikah, sehingga ia memutuskan untuk mengirimkan seekor burung sebagai utusan untuk meminang Bungen Hewau. Burung utusan dewa pun sampai di kediaman Bungen dan hinggap di ambang jendela dekatnya.

Namun, Renge merasa terganggu melihat burung tersebut. Tanpa diketahui siapa pun, ia mendekati burung itu dan memukulnya hingga burung tersebut mati. Dewa Nyahu Lentup yang melihat kejadian tersebut dari langit sangat marah. Ia menurunkan kutukan dalam bentuk kotoran burung yang sangat banyak ke tempat tinggal Bungen Hewau.

Setelah kejadian itu, Jangkan berpikir bahwa lebih baik mereka meninggalkan desa tersebut. Mereka menduga bahwa perbuatan mereka membunuh burung utusan dewa adalah penyebab bencana yang menimpa desa. Bersaudara itu pun merencanakan pergi dan mencari tempat baru untuk tinggal.

Di tempat yang baru, suatu sore ketika Bungen sedang mandi di pinggir sungai, ia dilihat oleh seorang pemuda bernama Handang. Handang langsung jatuh cinta pada kecantikan Bungen yang memukau. Ia tinggal di sebuah rumah berbentuk lanting di seberang sungai, tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Bungen Hewau dan saudaranya. Handang tinggal bersama ibunya. Tanpa berpikir panjang, Handang bercerita pada ibunya bahwa ia telah bertemu dengan seorang gadis yang membuatnya jatuh cinta, yaitu Bungen Hewau, dan ia ingin melamarnya agar bisa menjadi istrinya.

Dirumah Bungen juga  menceritakan kejadian tersebut kepada kedua kakaknya. Ia mengatakan bahwa Handang tertarik padanya hanya dari tatap matanya saja . Namun, Bungen belum berniat untuk menikah saat itu. Jangkan dan Renge hanya diam, merasa bahwa mereka baru saja menghadapi satu masalah dan sekarang muncul masalah baru.

Tiba-tiba, dari rumah lanting dipinggir sungai  itu, terbang cahaya hijau seperti meteor yang merendah menuju ketempat lain. Jangkan memperhatikan dengan seksama dan melihat sesosok kepala berambut panjang tanpa tubuh lengkap, dengan perut yang terburai dan berwarna hijau terbang seperti burung.

Setelah melihat kejadian tersebut, Jangkan menyadari bahwa Handang bukanlah manusia biasa. Ia memutuskan untuk pergi membawa adik adiknya mencari tempat baru untuk melindungi Bungen  dari Handang.

Beberapa hari kemudian setelah Jangkan dan adiknya pergi, Handang terus mencari Bungen dengan gelisah. Ia merasa tidak tenang dan kebingungan. Ibu Handang pun turut mencari Bungen dengan harapan dapat menemukannya.

Begitu lama berlalu, rumah di atas air itu pun bergerak ke arah tepi danau seolah-olah dikendalikan oleh pemiliknya yang sibuk mencari Bungen. Akhirnya, Handang dan ibunya meninggal tanpa dikuburkan karena keputusasaan. Rumah tersebut kemudian ditumbuhi pohon dan berubah menjadi sebuah pulau sepanjang sekitar lima puluh meter. Meskipun Handang dan ibunya telah meninggal, pulau yang dulunya rumah Handang selalu berpindah seolah-olah masih mencari Bungen Hewau. Hingga saat ini, hal tersebut masih terjadi.

Penduduk setempat kemudian memberi nama pulau itu Pulau Malan, karena dalam bahasa daerah setempat, "malan" berarti berjalan. Pulau Malan menjadi bagian dari desa Tumbang Banjang dan juga menjadi nama sebuah kecamatan di Kabupaten Katingan.

Posting Komentar untuk "Asal Usul Pulau Malan 2"