SANAMAN MANTIKEI
Dahulu kala, di desa aliran Sungai Samba, anak Sungai Katingan, terdapat sebuah keluarga petani yang hidup sederhana. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil di pinggiran desa dan menggantungkan hidup mereka pada pertanian sebagai mata pencaharian utama. Pasangan suami istri tersebut memiliki seorang anak laki-laki bernama Tinjau, yang ceria dan penuh semangat.
Suatu hari, Tinjau berangkat mengantarkan makanan kepada orang tuanya di ladang. Ia melintasi jalan setapak yang melewati hutan lebat, menciptakan bayang-bayang yang bermain-main di sekelilingnya. Saat Tinjau melangkah dengan langkah ceria, ia tiba-tiba melihat seseorang yang mirip dengan ayahnya, berdiri di tengah jalan.
Tinjau: "Ayah?"
Orang tersebut memandang Tinjau dengan sedikit terkejut. Dengan cepat dia berkata “ayo ikut”. Tinjau dengan patuh mengikuti, mengira bahwa itu adalah ayahnya sendiri. Mereka terus berjalan hingga mencapai jalan yang lebar dan bersih.
Tinjau: "Ayah, kemana kita pergi?"
Orang Misterius: "Sabarlah, anakku. Kamu akan tahu nanti."
Akhirnya, mereka tiba di sebuah betang, rumah adat panjang Dayak, di mana banyak orang berkumpul. Kehidupan di betang terasa berbeda, Mereka melangkah masuk ke dalam betang, dan Tinjau merasa seperti ada yang aneh.
Seorang orang tua di antara mereka melihat kedatangan Tinjau dan bertanya dengan penuh kekhawatiran.: "Dari mana kamu mendapatkan anak manusia ini? Bagaimana jika ia mengetahui rahasia pekerjaan kita yang seharusnya tidak boleh diketahui oleh makhluk lain, terutama manusia?"
Orang Misterius: “Aku menemukan anak ini di ujung jalan dekat rumahku, sebelum mencapai desa ini. Tiba-tiba, ia melihatku, dan aku juga melihatnya. Untungnya, aku berhasil mengubah penampilanku dan menyamar sebagai ayahnya. Mungkin dia adalah mata-mata manusia yang dikirim untuk mengamati pekerjaan kita. Aku segera membawanya ke sini. Keputusan tindakan apa yang diambil, terserah kepada kepala suku saja.
Kepala Suku Makhluk Halus: "Anak manusia ini tidak boleh bebas begitu saja. Kita tidak bisa mengambil risiko dengan membiarkannya pergi. Dia bisa melarikan diri dan mengungkapkan rahasia kita. baiknya kita menutupinya dengan gong besar."
Tinjau, yang tidak menyadari rencana jahat yang sedang diputuskan, terkejut dan ketakutan saat ia diikat di bawah gong yang besar.
Tinjau: "Tolong! Apa yang terjadi? Mengapa saya diikat di bawah gong?"
Kepala Suku Makhluk Halus: "Kau telah diculik oleh makhluk halus, anak manusia. Kami tidak bisa mengambil risiko dengan membiarkanmu bebas. Gong ini akan menutupimu sehingga kau tidak dapat melihat atau mendengar apa pun dari kegiatan kami."
Tinjau merasa putus asa dan kebingungan, tetapi dia mencoba untuk tetap tenang dan memperhatikan apa yang terjadi di sekitarnya. Untungnya, lantai di bawah gong tidak rata, memberinya sedikit celah untuk bernapas dan memperhatikan dengan hati-hati.
Sementara itu, orang tua Tinjau terkejut karena ia tidak datang mengantar makanan seperti biasanya.
Ayah Tinjau: "Tinjau biasanya sudah datang. Apa yang terjadi?"
Ibu Tinjau: "Aku khawatir ada sesuatu yang tidak beres. Ayo kita sebaiknya pulang!"
Mereka pulang ke rumah dan terkejut karena Tinjau tidak ada di sana.
Ibu Tinjau: “Tinjau, di mana kamu”? sambil berteriak ibu tinjau memanggil manggil anaknya, warga desa yang mendengar teriakan ibu tinjau dating ingin tahu apa yang terjadi. Dan akhirnya mereka sepakat untuk mencari beramai ramai.
Keluarga Tinjau dan seluruh desa bergerak cepat untuk mencari Tinjau. Mereka menyisir setiap sudut desa, bertanya kepada tetangga dan teman-teman, berharap menemukan jejak putra mereka yang hilang.
Salah seorang warga desa berkata : "Mungkin dia tersesat di hutan. Kita harus mencarinya lebih jauh!"
Sementara itu, di betang, Tinjau terus memperhatikan semua yang terjadi di sekitarnya. Dia melihat makhluk halus tersebut membahas dan mengatur pekerjaan mereka untuk keesokan harinya. Mereka membicarakan pembuatan peralatan khusus untuk melelehkan batu menjadi besi murni.
Tinjau: (berbicara dalam hati) “Aku harus tetap tenang dan mencari cara untuk melarikan diri dari sini.
Tinjau memperhatikan dengan seksama, mengingat setiap detail dan proses yang dia lihat. Tanpa Dia menyadari bahwa apa yang dia lihat saat ini suatu saat akan menjadi pengetahuan yang sangat berharga bagi keluarga dan desa nya.
Di betang, kepala suku makhluk halus mulai merasa waspada terhadap Tinjau.
Kepala Suku Makhluk Halus: “Apakah kamu melihat semua apa yang kami lakukan”?
Tinjau, “ya” jawab Tinjau singkat.
Kepala Suku Makhluk Halusberkata dengan orang misterius : “tutup dia dengan keranjang besar”.
Orang misterius cepat melakukan apa yang diperintahkan.
Ternyata tinjau dengan cerdik berkata dia masih bisa melihat.
Kepala Suku Makhluk Halus: “tutup dia dengan dengan keranjang.
Tinjau kembali berkata kembali” saya masih bisa melihat”
Sambil merasa jengkel kepala makhluk halus memerintahkan untuk menutup tinjau dengan Pangalau (jenis perangkap ikan yang terbuat dari rotan yang dianyam renggang)
Tinjau berteriak teriak ‘Tolong, jangan menutupi saya dengan pangalau! Saya akan menjadi buta dan tuli”
Makhluk halus tersebut tertawa terbahak-bahak, senang bahwa Tinjau tidak akan bisa lagi menyaksikan tindakan mereka.
Setelah tiga hari dan tiga malam, Tinjau melihat momen yang tepat dan dengan cepat membebaskan dirinya dari ikatan yang mengikatnya. Dia berlari secepat mungkin, mengikuti jejaknya yang masih segar dalam ingatannya.
Tinjau berlari dengan nafas tersengal-sengal, Aku harus kembali ke desa secepatnya. Aku harus memberitahu mereka tentang pengetahuan yang kudapat!
Keluarganya dan seluruh desa merasa lega dan bahagia saat Tinjau akhirnya kembali dengan selamat.
Ayah Tinjau, "Tinjau! Anakku, kami sangat khawatir tentangmu. Di mana kamu selama ini?"
Tinjau: Tinjau: Ayah, ibu, aku diculik oleh makhluk halus dan terperangkap di bawah gong.
Tetapi aku berhasil melihat semua pekerjaan mereka. Mereka membuat peralatan untuk melelehkan batu menjadi sanaman mantikei, besi murni yang luar biasa.
Ibu Tinjau: Benarkah?
Tinjau: Ya, bu, aku masih ingat bagai mana mereka membuatnya!
Beberapa tahun kemudian, Tinjau mengajak keluarganya untuk bekerja dengan sanaman mantikei, persis seperti yang pernah ia saksikan di dunia makhluk halus sebelumnya.
Mereka bekerja dengan tekun, karena peralatan mereka lebih halus, menghasilkan sanaman mantikei yang lebih baik lagi.
Ayah Tinjau, “Anakku, kamu telah membawa pengetahuan yang berharga bagi kita. Terima kasih”.
Berbagai alat dan senjata yang diperoleh Tinjau dari pengalaman di dunia makhluk halus tersebut membawa perubahan positif bagi desa mereka. Dengan tekun, keluarga Tinjau dan penduduk desa bekerja bersama menggunakan pengetahuan baru untuk mengolah sanaman mantikei. Hasilnya, peralatan mereka menjadi lebih halus dan berkualitas, memberikan hasil yang memuaskan.
Kisah Tinjau dan penemuan tentang sanaman mantikei menjadikan desa mereka dikenal di seluruh wilayah aliran Sungai Samba, untuk menghormati kisah tinjau yang menemukan cara pengolahan besi yang sangat berguna bagi warganya, tempat itu sekarang oleh pemerintah diberi nama Kecamatan Sanaman Mantikei.
Sanaman Mantikei : Adalah Biji besi murni yang digunakan untuk membuat senjata seperti Mandau dan lainnya sebagai peralatan hidup sehari hari orang Dayak.
Cerita ini diambil dari kumpulan tugas siswa kelas 3 SMAN - 1 Katingan Hulu tahun 2006. dan diceritakan kembali dengan perbaikan perbakan.
Posting Komentar untuk "SANAMAN MANTIKEI"