Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

LEGENDA BUKIT BATU KASONGAN



Legenda tentang Bukit Batu dimulai dengan kisah seorang penduduk desa yang memiliki kekuatan sakti bernama Burut Ules. Suatu hari, Burut Ules memutuskan pergi ke suatu tempat untuk membuka lahan pertanian. Ia bekerja keras sendirian, membabat hutan dan membangun pondok sebagai tempat beristirahat.

Pada suatu siang yang panas dengan rintik-rintik hujan gerimis, Burut Ules sedang istirahat untuk melepaskan lelahnya. Tiba-tiba, ia terkejut oleh kedatangan tujuh bidadari cantik yang turun dari langit dan langsung menuju sebuah telaga yang berjarak tidak jauh dari tempatnya beristirahat. Dengan rasa penasaran, Burut Ules mendekati telaga tersebut secara diam-diam untuk mencari tahu apa yang terjadi.

Rupanya, para bidadari sedang mandi dengan riang gembira, sambil bercanda dan tertawa. Di antara mereka, ada seorang bidadari yang paling muda yang menarik perhatian Burut Ules. Ia terpesona oleh keanggunan gerak-geriknya, dan pada saat itu juga, Burut Ules merasakan cinta yang mendalam.

Setelah selesai mandi dan berenang, para bidadari itu kembali berpakaian dan terbang kembali ke langit. Burut Ules merasa gelisah dan menyesal karena pada saat itu, ia tidak segera memeluk bidadari yang dicintainya, meskipun jarak antara mereka sangat dekat.

Suatu hari, Burut Ules menyadari bahwa cuaca yang ganjil, dengan sinar matahari yang terik dan rintik-rintik hujan, adalah pertanda bahwa para bidadari akan turun untuk mandi di telaga. Burut Ules dengan sigap bersembunyi di semak-semak dan mengamati telaga yang menjadi tempat idaman hatinya mandi. Usaha dan penantiannya tidak sia-sia, tidak lama kemudian, ia melihat rombongan bidadari turun dari langit dan langsung terjun ke dalam telaga. Mereka mandi sambil berenang dan penuh keceriaan.

Namun, saat para bidadari naik ke permukaan untuk berpakaian, tiba-tiba Burut Ules muncul di antara mereka dengan serta-merta memeluk bidadari yang paling muda, pujaan hatinya. Kehebohan pun terjadi, para bidadari yang lain dengan tergesa-gesa memakai pakaian masing-masing dan segera terbang kembali ke langit, meninggalkan adik bungsu yang ketakutan dalam pelukan erat Burut Ules.

Akhirnya, Burut Ules menikahi bidadari pujaan hatinya. Singkat cerita, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki (konon nama anak ini tidak boleh disebutkan dalam tulisan ini karena memerlukan izin khusus dan ritual tertentu). Burut Ules hidup bahagia bersama anak dan istrinya.

Beberapa waktu kemudian, seorang pemuda datang mengunjungi kediaman Burut Ules. Istri Burut Ules menjelaskan bahwa pemuda itu adalah saudara mereka, dan tanpa ragu mereka mengizinkan pemuda itu tinggal bersama mereka. Akan tetapi, Burut Ules mulai merasa curiga karena istrinya seringkali pergi bersama pemuda tersebut untuk mandi di telaga, meninggalkan bayi mereka di rumah.

Rasa cemburu dalam hati Burut Ules semakin menggelora, hingga akhirnya ia tidak tahan dan membunuh pemuda tersebut dalam keadaan marah. Namun, sesaat setelah pemuda itu meninggal, jasadnya tiba-tiba lenyap dengan cara yang misterius dan gaib. Ketika Burut Ules kembali ke rumah, ia mendapati istrinya berdiri di tangga sambil menggendong bayi mereka. Istri Burut Ules dengan sedih dan kecewa mengungkapkan bahwa pemuda itu sebenarnya adalah saudara kandung mereka, dan ia merasa sedih karena suaminya tidak mempercayainya dan telah membunuh saudaranya.

Istri Burut Ules memutuskan untuk kembali ke tempat asalnya, membawa serta anak mereka. Sebelum pergi, dengan air mata berlinang, ia memberikan pesan penting kepada Burut Ules bahwa anak mereka akan selalu siap membantu jika keturunan mereka membutuhkan bantuan. Ia juga menjelaskan bahwa anak mereka tidak bisa tinggal di alam bidadari karena ia dan Burut Ules berasal dari alam yang berbeda. Dengan hati berat, istrinya pergi dengan membawa bayi mereka, meninggalkan Burut Ules dalam kesedihan dan penyesalan yang mendalam.

Sumber : Maneser Panatau Tatu Hiang (Menyelami Kekayaan Leluhur; Tjilik Riwut, 2003)

Posting Komentar untuk "LEGENDA BUKIT BATU KASONGAN"