ASAL USUL PULAU MALAN (Versi 1)
Pada zaman dahulu, terdapat sebuah pulau misterius yang dapat berpindah-pindah tempat, yang dikenal sebagai Pulau Malan. Pulau ini terletak di tengah Danau Tacur di Hulu Sungai Benjang Katingan. Kisah ini dimulai dengan kedatangan sepasang suami-isteri dari Kahayan (kemungkinan), Jakau dan Darange, bersama dengan beberapa pelayan mereka, ke daerah Katingan. Mereka membangun sebuah perahu besar untuk mencari tempat tinggal baru dan mengadakan pesta kecil untuk merayakan selesainya perahu tersebut.
Jakau: (Sambil tersenyum) "Perahu kita telah selesai! Mari kita merayakannya dengan pesta kecil."
Pelayan : "ya Tuan, sepertinya Perahu ini tampak kokoh dan siap untuk berlayar."
Mereka semua berpesta kecil untuk merayakan selesainya perahu.
Keesokan harinya, mereka memuat perahu dengan barang-barang dan persediaan yang telah mereka siapkan. Kemudian, mereka berlayar menyusuri sungai Kahayan.
Jakau: "Kita telah berlayar selama beberapa hari. Sungai Kahayan benar-benar indah."
Darange: "Ya, sungainya begitu luas dan aliran airnya begitu menenangkan."
Setelah berhari-hari berlayar, mereka tiba di muara sungai Kahayan yang terkenal dengan gelombangnya yang besar.
Jakau: (Berdoa) "Oh, roh-roh yang baik, tolong lindungi kami saat kami melintasi muara sungai ini. Jika kami selamat, kami akan mengadakan pesta dengan menyembelih ayam putih dan babi."
Setelah berjanji kepada roh-roh, mereka melintasi muara sungai dengan selamat.
Mereka semua bersukacita dan bersyukur atas keselamatan mereka.
Perjalanan mereka kemudian dilanjutkan ke muara sungai Katingan dan terus memasuki sungai Katingan.
Pelayan : "Kita telah sampai di kampung Handiwung Musu. Bagaimana jika kita bermalam di sini?"
Jakau: "Tentu, kita akan beristirahat di sini sejenak sebelum melanjutkan perjalanan."
Dekat tempat mereka bersandar, terdapat sebuah pohon kayu Banuang yang besar.
Jakau: (Kaget) "Lihatlah, ada kalong di pohon itu!"
Darange: "Benarkah? Aku belum pernah melihat kalong sebelumnya."
Pelayan : "Kalong itu tampak berbeda. Ada yang berwarna putih!"
Kalong Putih: "Hati-hati, anak-anakku. Jangan sampai buang air atau kencing di bawah kami, karena ada manusia yang sedang tidur di bawah sana."
Hari berganti menjadi pagi, dan mereka segera menyiapkan makanan untuk sarapan.
Setelah sarapan, mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Pelayan: "Kita telah melewati banyak kampung, dan sekarang kita sampai di kampung kesembilan, Tewang Darayu Langit."
Jakau: "Perjalanan kita semakin dekat dengan tempat yang akan kita jadikan pemukiman."
Mereka melanjutkan perjalanan dan memasuki sungai Bawin di bagian hulu kampung Tewang Darayu. Setelah melewati sungai Bawin, mereka akhirnya tiba di sebuah danau yang disebut Tacur. Mereka memutuskan untuk menetap di danau Tacur dan mulai membuka pemukiman baru. mereka menebang hutan, membangun rumah, dan membuka ladang."
Beberapa bulan berlalu, Jakau mulai merasa rindu akan kmpung halamannya dan memutuskan untuk kembali.
Jakau: "Darange, aku akan pulang ke kampung kita sebentar. Tolong jaga pemukiman kita dan ladang-ladang ini."
Darange: "Baiklah, tetapi jangan lama-lama. Aku hamil dan merindukanmu."
Jakau meninggalkan pulau sementara, tanpa menyadari betapa lama ia berada di kampung asalnya.
Darange: (mulai Ketakutan) "Dia sudah pergi begitu lama. Apa yang terjadi padanya?"
Beberapa bulan kemudian, bayi yang dikandung Darange lahir. Namun, kerinduan Darange kepada suaminya berubah menjadi amarah dan dendam karena Jakau tidak kembali.
Darange: "Dia telah melupakan kita! Aku akan menunjukkan kemarahanku dengan merusak semua tanaman di ladang kita!"
Darange pergi ke ladangnya dan dengan marah menebas semua padi dan tanaman yang ada.
Kembali ke kampung asalnya, Jakau mulai melupakan keluarganya dan tenggelam dalam kehidupan barunya.
Namun, suatu malam, ia bermimpi bertemu dengan roh padi yang menangis dan mengadukan kepadanya bahwa mereka telah dibunuh dan diusir oleh Darange.
Roh Padi: (Menangis) "Jakau, mereka membunuh kami dan merusak ladang kita. Kau harus kembali dan memperbaiki segalanya."
Keesokan harinya, Jakau terbangun dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai suami dan ayah.
Jakau: "Aku harus kembali ke pulau dan menemui keluargaku. Aku telah melupakan mereka terlalu lama."
Jakau segera memeriksa ladang dan terkejut melihat padi yang hancur akibat aksi kemarahan Darange.
Jakau: "Darange! Kau telah merusak segalanya!"
Darange: "Dan kau, Jakau! Kau telah meninggalkan kami begitu lama tanpa kabar!"
Mereka saling memarahi satu sama lain dengan keras. Darange mengambil seekor ayam betina dari tanah.
Darange: "Inilah penggantiku! Dengan ayam ini, kau akan memiliki istri baru!"
Dia melemparkan pakaiannya yang ia kenakan ke Jakau dengan marah.
Tiba-tiba, langit menjadi mendung dan badai yang dahsyat menerjang.
Jakau: (Terkejut) "Kita telah membuat dewa marah! Kita semua akan musnah!"
Badai tersebut melanda pulau mereka dan menghancurkan segalanya. Perahu mereka berubah menjadi pulau yang terapung di tengah Danau Tacur.
Jakau: "Pulau ini akan menjadi saksi dari kesalahan dan kemarahan kita. Kami akan hidup di sini sebagai peringatan akan kesalahan kami."
Pulau itu sekarang dikenal sebagai Pulau Malan,dan wilayah disekitar pulau Malan sekarang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Katingan, Kecamatan Pulau Malan.
Sumber : Cerita Rakyat Daerah Kalimantan tengah, Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventaris dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1992
Posting Komentar untuk "ASAL USUL PULAU MALAN (Versi 1)"