Membaca, Membuka Pintu Hati dan Pikiran
Anakku yang nomor tiga, namanya Raisa, selalu berusaha meniru apa yang aku lakukan. Salah satu yang sering dia lakukan adalah memegang buku dan seolah-olah sedang membaca. Hal ini sepertinya dia lakukan karena sering melihatku memegang buku, atau memegang tablet yang isinya buku-buku bacaan elektronik.
Sebenarnya kalau mengingat-ingat kenangan waktu masih kecil, aku termasuk orang yang tidak suka membaca buku. Bahkan bisa dibilang aku termasuk anak yang lambat dalam pelajaran membaca. Hari-hariku setiap hari selalu ku habiskan bermain di luar rumah. Waktu itu ayahku yang bekerja sebagai PNS di lingkungan Dinas P dan K, sering keluar kota apabila ada waktu luang, untuk mencari tambahan penghasilan, berupa jual beli motor bekas. Yang didapat di kota-kota terdekat dari kabupaten dan kalau yang terjauh di kota provinsi tetangga. Yang nanti ditawarkan pada teman-temannya di kantor atau juga dengan masyarakat sekitar kampung kami. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga kami.
Satu hal yang selalu kuingat dan sangat berkesan, setiap beliau datang dari luar kota selalu membawa oleh-oleh berupa majalah, surat kabar, tabloid atau buku-buku cerita bergambar untukku. Baik yang bekas ataupun yang baru. Walaupun beliau tahu aku tidak terlalu suka membaca, beliau selalu berusaha dengan sabar untuk mengajakku untuk rajin membaca seperti beliau. Setiap minggu jika ayah pulang dari kantor selalu membawakan buku cerita 2 atau 3 buah untuk kubaca, dan nanti dikembalikan lagi kalau sudah dibaca ataupun tidak dibaca.
Kebiasaan ayahku ini pelan-pelan juga mulai mempengaruhi kebiasaanku di rumah, aku juga mulai ikut membaca sebagaimana ayah di rumah. Ayah selalu bilang bahwa membaca sangat penting dan kalau aku mencoba pasti aku akan menyukainya.
Akhirnya aku mulai membaca buku-buku atau apa saja yang dibawa ayahku. Awalnya aku merasa bosan membaca, tapi lama kelamaan aku mulai menyukainya. Aku mulai membaca buku cerita bergambar, lalu aku mulai membaca novel, dan akhirnya aku mulai membaca buku nonfiksi. Aku mulai menyadari bahwa membaca itu sangat menyenangkan. Aku bisa belajar banyak hal dari membaca, aku bisa memperluas pengetahuanku, dan aku bisa berimajinasi.
Aku sangat bersyukur kepada ayahku yang telah menanamkan kebiasaan membaca dalam diriku. Bagiku saat ini kebiasaan membaca yang ditanamkan ayah di dalam diriku adalah satu warisan yang sangat berharga, yang mampu membuatku punya bekal pengetahuan yang kuat di masa sekarang ini yang bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari hari.
Aku juga berharap agar Raisa atau pun juga anak anakku yang lain, bisa menjadi anak yang suka membaca, . Aku akan selalu mendukung dan membantu mereka untuk meningkatkan minat bacanya. Aku tahu bahwa membaca adalah salah satu hal yang paling penting yang bisa aku berikan kepada anak-anakku.
Posting Komentar untuk "Membaca, Membuka Pintu Hati dan Pikiran"