Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KRITIS TERHADAP INFORMASI BARU, MENGHINDARI HOAKS



Saya mengajar di Sebuah sekolah Negeri di Kota salah satu kota di wilayah kalimantan tengah sebagai guru bantu. Baru-baru ini, saya mendapat kabar melalui SMS tentang adanya penerimaan PNS guru di dua kabupaten, yaitu dua kabupaten hasil pemekaran kabupaten Induk tempat dimana saya mengajar, Di Kabupaten tempat kami berada, tidak ada penerimaan PNS guru saat itu.

saya bersama teman2 sesama guru, mulai berdiskusi mengenai pilihan mendaftar. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, saya dan 2 orang teman memilih Kabupaten yang berada lebih dekat dengan ibukota propinsi. Sementara sebagian teman lainnya memilih kabupaten satunya dengan alasan jauh dari ibu kota propinsi dan peluang diterima lebih besar karena formasi yang disediakan cukup banyak.

Meskipun ada banyak kendala, saya tetap berusaha untuk mendaftar. Perjalanan menuju lokasi pendaftaran cukup menantang karena harus menggunakan kendaraan roda dua dan menempuh jarak sekitar 100 km lebih. 

Begitu tiba di sana, saya dan teman teman menghadapi berbagai kendala. Kelengkapan berkas-berkas kami ada yang kurang dan tidak tersusun dengan rapi, tapi akhirnya setelah berdiskusi panjang dengan Panitia berkas yang kurang itu bisa ditoleransi dan boleh menyusul untuk dilengkapi. Di tengah-tengah proses pendaftaran yang melelahkan, disebuah tempat foto copy, Teman saya sambil setengah bergurau mengusulkan agar kami berfoto sebagai kenang-kenangan, agar nantinya anak-anak kami tahu betapa gigihnya ayah mereka dalam meraih kesuksesan. Saya tersenyum dan setuju dengan usulnya, sambil berharap bahwa momen ini akan menjadi kenangan indah.

Beberapa bulan kemudian, pengumuman kelulusan penerimaan PNS akhirnya keluar. Alhamdulillah, saya termasuk orang yang beruntung karena nama saya terpampang di posisi pertama daftar peserta yang lulus sesuai jurusan. dan teman satunya  juga lulus. Namun, teman saya tidak menemukan namanya dalam daftar tersebut meskipun ia sudah mencari dengan sungguh-sungguh. Di tengah kegembiraan saya, saya berusaha menahan diri untuk merayakannya secara berlebihan. Saya berusaha untuk memberikan dukungan dan meyakinkannya bahwa mungkin ada rencana yang lebih baik menanti di masa depan.

Pengumuman kelulusan ini juga mendapatkan sambutan gembira dari rekan-rekan guru di sekolah. Mereka mengucapkan selamat dan bercerita tentang kemungkinan tempat penempatan yang menarik. dirumah orang tua saya sangat bahagia mendengar kabar ini. Mereka merasa senang karena akhirnya dapat melihat anaknya memulai karir sebagai guru dan berkontribusi sebagai abdi masyarakat.

Sambil menunggu penerbitan Surat Keputusan (SK) pengangkatan, saya mulai mencari informasi tentang kemungkinan penempatan yang mungkin saya dapatkan. Salah satu hal yang saya pertimbangkan adalah kemungkinan ditempatkan di daerah terpencil. Seorang teman guru bercerita bahwa jika saya nantinya ditempatkan di bagian ujung selatan kabupaten, saya harus melakukan perjalanan menyisir laut dan bahkan akan melewati kabupaten lain dengan menggunakan angkutan sungai, karena belum ada jalan darat yang tersedia dari ibu kota kabupaten. Di sisi lain, jika saya ditempatkan di bagian utara kabupaten, saya harus melewati perjalanan melalui sungai yang di ujungnya terdapat banyak riam berbahaya yang harus dihadapi, karena juga tidak ada jalan darat.

Sambil bergurau, saya bertanya kepada teman tersebut apakah dia pernah ke tempat-tempat yang dia sebutkan sebelumnya. Dia menjawab bahwa dia hanya pernah kebagian ujung selatan saja. Dia mengatakan bahwa perjalanan dengan kapal akan menjadi berbahaya saat kondisi laut sedang gelombang tinggi. Namun, dia belum pernah ke tempat yang disebutkan sebelumnya.

Berdasarkan perkiraan saya, kemungkinan saya akan ditempatkan di antara dua lokasi tersebut, mengingat kesesuaian dengan latar belakang saya sendiri. Namun, jika saya akhirnya ditempatkan di tempat lain, saya pikir itu tidak akan terlalu menjadi  masalah, karena kecamatan lain dapat dijangkau melalui jalan darat. Hanya dua lokasi tersebut yang masih belum memiliki akses jalan darat, sehingga sulit dijangkau menurut pemikiran saya.

Saat saya menerima Surat Keputusan (SK) pengangkatan, akhirnya ditempatkan di wilayah utara yang masih termasuk daerah terpencil pada saat itu. Saya kembali berangkat ke ibu kota kabupaten untuk mengambil surat tugas. Karena penempatan saya sudah jelas, saya mencoba menggali informasi lagi tentang kondisi wilayah dan jalan yang harus dilalui menuju tempat tugas tersebut. disisi lain teman saya yang satunya ditempatkan dibagian selatan kabupaten yang menyebabkan akhirnya kami terpisah.

Saat makan di warung, saya bertanya kepada pemilik warung tentang kondisi wilayah utara. Dengan lancar dan semangat, dia bercerita tentang daerah tersebut yang hanya bisa dilalui melalui sungai, dan sepanjang aliran sungainya terdapat banyak riam ganas yang berbahaya dan menakutkan. Dia memberi contoh tentang bagaimana riam tersebut bisa menelan kapal seperti ikan paus menelan mangsanya. Sambil tersenyum, saya bertanya apakah dia pernah ke sana. Dengan sedikit rasa malu, pemilik warung tersebut menjawab bahwa dia hanya mendengar cerita dari orang-orang yang singgah makan di warungnya. Saya tersenyum dalam hati, menyadari bahwa cerita pemilik warung ini belum dapat dipastikan kebenarannya.

Saya pergi ke penginapan di suatu tempat di pasar. Penjelasannya juga penuh semangat dan ramai sekali. Namun, sekali lagi saya bertanya apakah dia pernah ke tempat yang dia ceritakan. Dia juga mengakui bahwa dia belum pernah ke tempat tersebut dan hanya mendapatkan cerita dari orang-orang yang menginap di losmen tersebut.

Keesokan harinya, saya melanjutkan perjalanan dengan mengendarai Speed Boat, karena memang belum ada jalan darat. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 5 jam melalui jalur air. Setelah itu, saya harus beristirahat dan menginap lagi di satu tempat sebelum melanjutkan perjalanan. Karena taksi juga tidak tersedia di tempat tersebut, para pengemudi taksi biasanya berangkat pagi untuk perjalanan yang cukup lama agar bisa tiba di tempat tujuan. Hari yang ditunggu akhirnya tiba, seorang pria yang mengaku sebagai pengemudi kelotok datang menjemput saya, dan petualangan menuju tempat tugas baru pun dimulai. Di pelabuhan, saya bertemu dan berkenalan dengan orang-orang baru yang juga sedang menuju daerah terpencil seperti saya. Beberapa dari mereka mengenakan rompi pelampung, sepertinya mereka juga mendapatkan informasi yang hampir sama dengan saya mengenai lokasi yang akan dituju.

Saat kami bersiap-siap, saya memperhatikan dengan seksama, kelotoknya terlihat ramping dan panjang, di depan kelotok, barang-barang yang dimuat cukup banyak. Di bagian belakang, terdapat juga barang-barang penumpang. Baru setelah itu, di tengah kelotok, penumpang mulai berjejer dan terlihat sekitar 20an orang termasuk saya, akan tetapi kemudian ada yang naik keatas kelotok. Kelihatannya, hari ini pengemudi kelotok mendapatkan banyak penumpang. Ternyata, ada beberapa kapal lain yang juga berangkat menuju tempat yang sama, dan kapal-kapal tersebut juga penuh dengan penumpang yang serupa.

Perjalanan kali ini tampaknya cukup menyenangkan dan menjadi pengalaman baru, Setelah 2 jam, terdengar suara kapten kelotok yang memerintahkan asistennya untuk menutup kelotok dengan terpal yang sudah disiapkan. Beberapa penumpang yang sudah berpengalaman terlihat tenang, sementara penumpang baru seperti saya bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Kemudian dijelaskan bahwa kami akan melewati jalur riam yang panjang dengan dipinggir pinggirnya terdapat batu batu besar, sehingga kapal harus ditutup agar air tidak masuk dan kami tetap aman. Bagi penumpang baru, hal ini menjadi pengalaman yang mendebarkan, namun saya melihat penumpang lainnya tetap tenang, dan sepertinya mereka percaya dengan ketenangan serta kesigapan kapten dan asistennya.

Para penumpang yang berada di atas kapal saat kami berangkat diperintahkan oleh kapten untuk masuk ke dalam kapal. Setelah semua siap, dengan keberanian yang penuh, kapten menginjak gas dan kami berada dalam keadaan tertutup, hanya merasakan terpaan gelombang air yang menabrak tabrak oleh kelotok dan belokan-belokan yang mungkin berbahaya. Namun, setelah sekitar 15 menit, kapten mengurangi kecepatan, dan kelotok sudah tidak bergoyang liar lagi. Beberapa penumpang mengucapkan "Alhamdulillah," karena tantangan pertama dalam perjalanan kami akhirnya terlewati. Terpal pun dibuka, dan suasana menjadi lebih tenang. 

Setelah melewati riam pertama, kami masih dihadapkan pada dua riam lagi yang menurut sang kapten sangat berbahaya jika tidak hati-hati. Bagi yang tidak berpengalaman, disarankan untuk tidak mencoba melewati riam-riam tersebut. Setelah perjalanan selama delapan jam yang penuh tantangan, akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Saya  melapor kepada kepala sekolah. dan kemudian diberikan waktu untuk beristirahat.

Apakah informasi yang saya dapat saat sebelum benar benar menuju tempat tugas termasuk   berita Hoaks?, informasi yang saya dapat saya kira bukan termasuk hoaks, Itu hanya menunjukkan bahwa mereka mendapatkan informasi dari orang lain dan belum memiliki pengalaman langsung di tempat tersebut.

Sekedar berbagi pendapat, Saat ini, masalah hoaks memang menjadi perhatian penting di masyarakat. Hoaks dapat menyebabkan kebingungan dan keraguan terhadap informasi yang disampaikan. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk selalu memeriksa kebenaran informasi sebelum mempercayainya dan tidak menyebarkan informasi yang tidak terverifikasi.

Dalam cerita di atas, saya berusaha mempertimbangkan perspektif orang-orang yang memberikan cerita tentang tempat-tempat yang belum mereka kunjungi secara langsung. Ini hanya mencerminkan situasi di mana orang-orang sering berbagi informasi yang mereka terima dari sumber lain tanpa memastikan kebenarannya terlebih dahulu. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tetap kritis terhadap informasi yang diterima dan berusaha memperoleh pengetahuan yang lebih akurat.

Dalam rangkaian cerita ini, hal tersebut dapat menjadi pembelajaran untuk tidak dengan mudah mempercayai informasi tanpa melakukan pengecekan lebih lanjut.

Katingan, 2005, "Penyang Hinje Simpei" , 

Posting Komentar untuk "KRITIS TERHADAP INFORMASI BARU, MENGHINDARI HOAKS"