DAPUR KECIL, IKHLAS BESAR : JALAN MENUJU KESUKSESAN
Sinar matahari pagi tepat menyinari kamar kost kecilku, ini adalah pertama kalinya aku tinggal dan jauh dari orang tua karena menimba ilmu ke ibu kota Provinsi. Ukurannya hanya 2 x 3 meter tanpa sekat, memberikan sedikit ruang untuk bergerak. Kalau ada teman teman datang berkunjung maka kamar itu otomatis menjadi kamar tamu juga. Namun, walaupun tak seberapa luasnya kamar itu, aku tetap merasa nyaman. Dapur yang kecil terletak di samping pintu masuk, menawarkan kemudahan yang sederhana untuk memasak. Pertama kali aku masuk ke dapur ini, terpampang satu tulisan pada dinding dapur yang ditulis dengan arang hitam yang pada saatnya di masa depan akan merubah bagaimana cara pandang dan cara kerjaku dimanapun aku berada dan bekerja.
Di belakang kamar kost, terdapat sungai kecil yang menyediakan air untuk mandi dan mencuci. Meskipun agak merepotkan harus keluar melewati samping rumah, aku tak pernah mengeluh. Aku selalu diingatkan oleh tulisan yang tertulis di dinding dengan arang di dapur, "Apapun pekerjaanmu, kalau kamu lakukan dengan ikhlas, maka tidak akan pernah pekerjaan itu membebanimu."
Beberapa tahun kemudian, setelah lulus kuliah, aku memutuskan pindah ke kota lain. Aku diterima bekerja sebagai guru di sebuah sekolah swasta Tingkat SLTP. Gajiku pada bulan-bulan pertama sangatlah rendah, jauh di bawah Upah Minimum, mungkin karena sekolah kecil jadi kemampuannya juga kecil untuk membayar gaji guru. Meskipun demikian, prinsip ikhlas yang kupegang sejak di kost pertama masih melekat dalam diriku.
Aku memahami bahwa segala tugas yang diberikan kepala sekolah harus aku kerjakan dengan sepenuh hati. Sebagai guru, aku bertekad memberikan yang terbaik untuk sekolah dan siswa-siswaku. Walaupun gaji tidak memadai, dengan melaksanakan semua tugas dengan baik menjadi suatu kepuasan tersendiri bagiku, ditambah lagi suatu kebahagiaan melihat perkembangan siswa di sekolah ini adalah suatu hal indah bagiku.
Tidak hanya dalam tugas profesional, prinsip ikhlas itu juga kuusahakan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Saat rekan sesama guru membutuhkan bantuan, tak ada yang aku kesampingkan. Aku senang membantu mereka dalam segala hal yang bisa kulakukan. Keikhlasan itu bukan hanya membuatku merasa bahagia, tetapi juga mempererat ikatan antara sesama guru.
Perjalanan hidupku terus berlanjut, prinsip ikhlas yang kupegang tak pernah pudar. Dalam karierku sebagai seorang guru, aku mengalami banyak tantangan. Kadang tidak sedikit juga yang meragukan cara kerjaku yang kalau membantu atau bekerja seperti tanpa pamrih, mereka menganggap apa yang kulakukan hanya untuk mencari simpati atasan dan rekan - rekan lainnya, bahkan yang lebih kejam lagi ada yang mengatakan kerjaku hanya 'menjilat' atasan saja, karena apa yang ditugaskan oleh kepala sekolah walaupun kadang bukan bagian tugasku sebagai guru tetap kukerjakan. Mereka yang berpikir negatif cuma kuanggap tidak memahami latar belakang, cara berpikir dan cara kerjaku saja, dan harapanku mereka suatu saat mengerti. Dan Setiap kali aku merasa lelah atau frustasi, kata-kata itu menjadi pegangan yang kuat bagiku.
Melalui pengalaman hidup ini, aku belajar bahwa kesuksesan bukan hanya diukur dari gaji yang kita terima atau prestasi yang kita raih, tetapi juga dari keikhlasan yang kita tanamkan dalam setiap tindakan kita. Dengan ikhlas, pekerjaan apa pun tidak akan menjadi beban, melainkan menjadi ladang kesempatan untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain.
Sekarang, setelah puluhan tahun berlalu, aku duduk di ruang kerjaku sebagai seorang kepala sekolah, apa yang kukerjakan dimasa lalu bisa kurasakan hasilnya baik untukku sendiri dan juga keluargaku saat ini. Pesan ikhlas yang terpatri dalam hatiku telah mempengaruhi kebijakan dan pendekatan yang kuambil dalam mengelola sekolah ini. Aku berusaha menciptakan lingkungan yang mendorong guru-guru dan siswa-siswa untuk bekerja dengan ikhlas, penuh semangat dan bertanggung jawab. Walaupun kadang juga apapun yang kulakukan seperti tak berarti dalam pandangan Sebagian orang, tapi itu bukanlah masalahku, itu masalah mereka yang cara berpikirnya sudah seperti itu, sekali lagi aku cuma berharap suatu hari mereka suatu saat mengerti bahwa cara bekerja ku memang sudah seperti itu dari dulu. Prinsipku tetap satu. kerjakan dengan Ikhlas, maka semua akan baik-baik saja.
Seiring berjalannya waktu, aku tak pernah melupakan jejak ikhlas yang dimulai dari kamar kost pertamaku. Meski kini aku tinggal di suatu tempat yang jauh, pengalaman itu tetap menginspirasi dan membimbingku dalam menjalani kehidupan. Setiap kali aku mengingat tulisan "Apapun pekerjaanmu, kalau kamu lakukan dengan ikhlas, maka tidak akan pernah pekerjaan itu membebanimu", aku tersenyum dan bersyukur telah menemukan makna sejati 'ikhlas' dalam kehidupan.
Posting Komentar untuk "DAPUR KECIL, IKHLAS BESAR : JALAN MENUJU KESUKSESAN"