Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bawi Kuwu Betang Penda Tanggaring, Sayembara Manangkeru Sinde


Sulau  adalah nama Seorang Bawi Kuwu (Gadis Pingitan),  anak pemilik sebuah Betang di Penda Tanggaring, menurut cerita Sulau terkenal sangat cantik dan menjadi impian pemuda pemuda di desanya maupun didesa - desa yang tinggal di sepanjang aliran sungai katingan.

Suatu hari di Betang Penda Tanggaring kedatangan Temanggung Mangkikit yang bertujuan untuk melamar Sulau untuk anaknya yang bernama Tangkasiang. Dan menyerahkan 5 buah balanga tanda mereka serius melamar Sulau. Beberapa hari kemudian datang juga utusan dari Betang Rantau Bahai yang menyatakan niatnya untuk melamar juga untuk anak Temanggung Betang Rantau Bahai bernama Rambang, Juga menyerahkan beberapa Balanga. kemudian datang lagi utusan Temanggung Tabera yang berniat untuk melamarkan  Nyahu anak  penguasa Riam Tabera. Dan masih ada lagi beberapa pemuda yang mencoba melamar Sulau.
Seorang pemuda bernama Lohong, mengaku berasal dari hulu Barito, merantau kekatingan dan tinggal di Tumbang Sanamang,  karena mendengar dan kagum dengan kecantikan Sulau juga memberanikan diri ikut melamar dengan menyerahkan Mandau dan Talawang saja, dan sambil berkata meminta maaf karena datang sendiri tanpa membawa keluarganya. Dan sebagai tanda dia serius, dia menyerahkan harta satu - satunya yang dimilikinya yaitu Mandau Pusaka dan talawangnya.
Mendapatkan banyak kunjungan dan lamaran,  Ayah Sulau yang bernama Sawang, pemilik betang Penda Tanggaring bingung dan pusing memutuskan siapa yang akan diterima. Berhari - hari Sawang memikirkan dan berunding dengan istri dan keluarganya siapa yang akan diterima lamarannya. 
Seorang tetua Betang mengusulkan sebaiknya diadakan sayembara saja untuk menentukan siapa yang bisa diterima lamarannya. Ada yang mengusulkan lomba Kinyah menari Mandau, ada yang usul lomba menyumpit, lomba silat kuntau dan lain lain, akan tetapi tidak tercapai kata sepakat.
“Lebih baik kita adakan lomba Tangkeru Sinde Saja” usul Damang Antang Kalang. Sulau kita tempatkan di Balai yang tinggi dengan tiang pohon pinang, siapa yang bisa melompat satu kali lompatan dialah yang berhak menjadi suami Sulau. Dan sebelum mereka melompat ke Balai tempat Sulau, mereka harus melewati 2 ujian terlebih dahulu, yaitu, pertama  berlari diatas susunan Balanga Tanpa jatuh dan Balanga nya tidak Pecah,  yang kedua setiap peserta  harus bisa mengelak dari senjata tombak dan Mandau beberapa kali. Kalau mereka bisa melewati kedua tahapan tadi mereka berhak Manangkeru/melompat ke Balai tinggi tempat Sulau berada. Dan yang berhasil sekali lompat (Tangkeru Sinde) keatas Balai dapat menjadi suami Sulau.
Akhirnya setelah sepakat dikirimlah utusan kepada semua pelamar Sulau, dan mengenai Sayembara semua setuju karena mereka sama - sama yakin akan bisa memenangkan Sayembara.
Sebelum pelaksanaan dilakukan persiapan persiapan, untuk ujian tahap pertama disiapkan balanga besar sebanyak 7 buah bersusun berderet rapi, untuk ujian tahap kedua disiapkan Penguji yang memiliki keahlian menombak dan memainkan mandau.
Seminggu sebelum pelaksanaan para peserta sudah berdatangan, dari Riam Mangkikit, Riam Tabera, Rantau Bahai, begitu juga Lohong dan undangan undangan lain. Penduduk dari desa terdekat pun berdatangan ingin menyaksikan siapa yang akan berhasil memperistri Sulau si Bawi Kuwu yang terkenal kecantikannya.
Untuk menghibur para tamu diadakanlah berbagai macam acara, tari manasai, kuntau, tari kinyah, berbagai macam hidangan makanan, betangnya dihias bagus, Balai Tempat nanti bawi kuwu juga dihias bagus dengan Payung kebesaran dan aneka hiasan anyaman dari daun kelapa muda. Sulau yang sudah cantik bertambah cantik karena juga di Dandani layaknya seorang Putri kerajaan.
Singkat cerita hari pelaksanaan pun tiba, pihak tuan rumah selaku panitia pertama - tama menyampaikan aturan sayembara dan dilanjutkan mengundi urutan peserta yang akan maju.
Peserta pertama adalah Tangkasiang dari Betang Riam Mangkikit. Orangnya tinggi besar dan gagah, Sulau menahan napas melihat Tangkasiang maju. Ujian pertama Dengan gesit dilewati oleh Tangkasiang, tak satupun balanga jatuh saat dia lewat diatasnya. Ujian kedua juga dengan mudah dilewatinya, berupa menghindar dari lemparan tombak dan dan tebasan Mandau cukup gesit dia berkelit dengan talawang ditangannya. Tibalah Ujian tahap ke tiga, Tangkasiang dengan percaya diri bersiap melompat dan tak berapa lama dia langsung melesat melompat. lompatannya ternyata hanya sampai tepi lantai, dan tangkasinag bersiap naik, kebalai, akan tetapi secara tiba tiba datang seekor semut besar menggigit tangan Tangkasiang dan membuat tangan kirinya terlepas dari lantainya, berikutnya tangan kanan Tangkasiang juga digigit Semut besar akhirnya Tangkasiang jatuh kebawah  karena kedua tangannya lepas dari lantai. Juri sementara menganggap Tangkasiang belum berhasil dan mencatat ketinggian lompatan Tangkasiang untuk menjadi pertimbangan menilai peserta berikutnya.
Peserta Kedua adalah Rambang, dari Betang Rantau Bahai, Sulau memperhatikan dari atas kelihatannya lebih gesit dari Tangkasiang peserta pertama. Rambang bersiap - siap diujian tahap pertama dan mulai melompati Balanga, akan tetapi pada lompatan di Balanga ke tujuh secara tiba tiba Balanga bergoyang dan pada saat diinjak, Rambang pun jatuh. Dengan rasa kesal rambang berdiri. Juri menganggapnya gugur.
Peserta ketiga bernama Nyahu putra pemilik betang Riam Tabera, badannya gempal padat berisi, sepertinya juga meyakinkan dan cocok jadi suami sulau. Pada ujian pertama dengan gesit bisa dilewati semua balanga, pada ujian kedua dia juga bisa menghindar dari tombak dan Mandau, bahkan dia dengan mudah mengelaknya. Sekarang Nyahu sudah Siap Manangkeru, sambil melambaikan tangan kearah Sulau Nyahu mulai mengambil ancang - ancang mundur beberapa langkah dan dengan sedikit tercegat dia melompat, akan tetapi lompatannya jauh dibawah lantai balai Sulau, dan diapun terjatuh, mungkin karena badannya yang besar itu mengurangi kekuatannya untuk melompat. Juri juga menganggapnya gugur.
Beberapa orang peserta berikutnya pun mengalami hal yang sama, hanya mampu melewati ujian pertama dan juga ujian kedua, tanpa seorang pun bisa manangkeru dengan sempurna di Balai Sulau si Bawi Kuwu yang diidamkan banyak orang.
Tibalah giliran peserta terakhir seorang pemuda yang datang sendiri melamar bernama Lohong, akan tetapi sebelum Lohong memulai lomba terjadi keributan. Ayah Tangkasiang pemilik Betang Riam Mangkikit berteriak Anaknya lah nanti yang berhak menjadi suami Sulau, seandainya tak seorang pun mampu Manangkeru Sinde ke atas Balai, dan yang lain juga ada yang berteriak sebaiknya sayembara diulang saja kalau tidak ada yang mampu Manangkeru Sinde. 
Setelah keributan bisa dikendalikan, Lohong dipersilahkan mempersiapkan diri untuk ujian tahap pertama. Dengan langkah tegap Lohong berjalan dan berdiri sebentar sambil komat kamit seperti berdoa atau membaca mantra, dengan gesit lohong melompat dan berhasil melewati 7 balanga tanpa bergoyang sedikit pun, para penonton seperti terkesima melihatnya, lohong pun lulus ujian pertama.  Tibalah Lohong diujian kedua yaitu menghindari lemparan Tombak dan Tebasan Mandau. Lohong bersiap sambil mengambil Talawang miliknya yang dijadikan jaminan saat dia melamar Sulau, Sulau diatas balai memperhatikan seakan akan seperti berharap Lohong yang Lulus Manangkeru Sinde. Lohong sebenarnya bernama Salundik dia adalah Anak Buah kepercayaan Panglima Batur orang yang  dalam Perang melawan Penjajah Belanda membantu Pangeran Antasari, Lohong memiliki berbagai macam ilmu kesaktian yang membuatnya menjadi kepercayaan Panglima Batur, diceritakan karena ada beberapa orang pasukan yang dipimpin Panglima Batur ada yang berkhianat, Panglima Batur memutuskan untuk sementara meminta pasukannya bubar menyingkir dari daerah Barito sambil menyusun siasat selanjutnya. Lohong memutuskan menyingkir ke daerah Katingan bersama beberapa orang temannya. Jadi untuk ujian kedua yang kalau cuma menghindar dari Tombak dan Tebasan Mandau beberapa kali sebenarnya sangat mudah, tapi dia tetap bersiap - siap dengan baik dan hormat tanpa berusaha merendahkan pengujinya ditahap dua. Lemparan Tombak ketubuh Lohong dapat dengan mudah dielaknya, giliran Mandau yang dihadapinya juga bisa dengan mudah dihindari, penonton seperti mendapat tontonan baru yang mengagumkan, dan mulai berteriak - teriak meneriakkan nama Lohong memberi semangat. 
Sulau diatas panggung juga terpukau atas penampilan Lohong melewati Ujian pertama dan Kedua dengan baik. Lohong berjalan tenang untuk melanjutkan ke ujian terakhir yaitu Manangkeru Sinde sambil memandang Sulau dan tersenyum kearahnya, Sulau pun tersenyum seakan merasakan ada kecocokan dengan Lohong.
Dengan tenang dan Percaya diri Lohong Bersiap siap dan mulutnya komat kamit sambil berdoa lagi atau baca mantra, sementara penonton semakin bersemangat meneriakkan nama Lohong, Lohong mundur beberapa langkah lalu melompat secepat kilat disertai beberapa kali salto dan 123 tiba tiba Lohong sudah berdiri sempurna dihadapan Sulau di atas Balai. Lohong berhasil Manangkeru Sinde. Sulau tersenyum, merasa sudah terlepas beban yang berat, sambil menunduk dan mempersilahkan Lohong untuk duduk disampingnya.
Penonton secara tiba - tiba bersorak gembira berteriak bergemuruh berlarian kearah bawah balai Sulau,  melewati garis batas penonton sambil menari nari Manasai mengelilingi balai tanpa di komando. Sementara untuk peserta lainnya yang gagal terlihat sangat kecewa. Apa lagi tangkasiang Putra Riam Mangkikit.
Lohong dan Silau kemudian dipersilahkan turun, disiapkan tangga untuk mereka berdua, dibawah penonton ada yang berteriak menyuruh Lohong untuk mengendong Sulau. dan kemudian setelah sampai dibawah,  ditengah gemuruh semua kegembiraan  Lohong ditetapkan Pemenang Sayembara  Manangkeru Sinde dan berhak menjadi Suami Sulau, Bawi Kuwu dari Betang Penda Tanggaring.
Demikian Kisah Tentang Bawi Kuwu (Gadis Pingitan) yang berasal dari Betang Penda Tanggaring yang jadi rebutan Pemuda pemuda sepanjang Aliran Sungai Katingan. Sekarang Penda Tanggaring menjadi sebuah Desa di wilayah Kecamatan Katingan Hulu, Kabupaten Katingan, Propinsi Kalimantan Tengah. 

Kisah ini bersumber dari buku : Memperebutkan Sulau Bawin Kuwu, Sigadis Dayak Pingitan di Betang Penda Tanggaring, ditulis oleh Rizali Hadi, Penerbit Guepedia, terbitan 2022.

Posting Komentar untuk "Bawi Kuwu Betang Penda Tanggaring, Sayembara Manangkeru Sinde"