Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asal Usul Nama Desa Petak Bahandang


 Di zaman dahulu di daerah aliran sungai Katingan, hiduplah sepasang suami istri yang penuh dengan kasih sayang dan kebahagiaan. Namun, mereka belum merasa lengkap tanpa kehadiran seorang anak. Bertahun-tahun berlalu, namun mereka masih belum dikaruniai keturunan. Akhirnya, dengan penuh harap, mereka memohon kepada Sang Jata, penguasa air, agar dikaruniai seorang anak.

Sang Jata pun mengabulkan permohonan mereka, namun dengan syarat tertentu. Jika anak yang lahir adalah seorang laki-laki, ia harus pergi mengembara. Namun, jika anak yang lahir adalah seorang perempuan, ia harus dikurung di dalam rumah. Setelah beberapa waktu, sang istri melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik. Sesuai dengan syarat Sang Jata, anak tersebut harus tinggal di dalam rumah hingga ia dewasa.

Tahun demi tahun berlalu, dan tiba saatnya untuk bercocok tanam. Semua orang pergi ke sawah, termasuk kedua orang tua Bawi Kuwu. Hanya Bawi Kuwu yang tinggal di rumah. Setiap hari, Bawi Kuwu menjalani rutinitas tersebut. Namun, suatu hari, kabar yang tidak menyenangkan datang bahwa di hilir sungai Katingan akan diadakan upacara adat yang disebut Tiwah. Dalam acara tersebut, dicari kepala seorang gadis muda yang belum menikah.

Kekhawatiran pun melanda kedua orang tua Bawi Kuwu. Mereka takut bahwa anak perempuan mereka akan menjadi korban dalam acara tersebut. Dan kemudian, kekhawatiran itu menjadi nyata. Ketika kedua orang tua sedang pergi ke sawah, sekelompok pemuda dari desa seberang menculik Bawi Kuwu dan membawanya ke tempat di mana upacara Tiwah akan dilaksanakan.

Mendengar bahwa Bawi Kuwu diculik, penduduk desa tempat tinggalnya marah. Kepala adat desa, yang disebut Damang, mengutus enam pemuda tangguh untuk menyelamatkan Bawi Kuwu dan membawanya pulang ke desa. Namun, sayangnya, Bawi Kuwu telah dijadikan tumbal dalam upacara tersebut. Kemarahan menguasai keenam pemuda yang diutus, dan terjadilah peperangan sengit antara mereka dan penduduk desa seberang. Banyak korban berjatuhan, dan darah mereka mengalir dan meresap ke dalam tanah, yang membuat tanah tersebut berubah menjadi warna merah.

Sejak saat itu, desa tersebut diberi nama Petak Bahandang, yang berarti Tanah Merah dalam bahasa setempat. Sekarang menjadi Nama Petak Bahandang menjadi Ibu kota Tasik Payawan, salah satu nama Kecamatan di Kabupaten Katingan.

Demikian Asal usul nama Desa Petak Bahandang, Cerita ini adalah cerita rakyat yang tentu saja kebenarannya perlu di uji berdasarkan fakta - fakta yang ada.

Posting Komentar untuk "Asal Usul Nama Desa Petak Bahandang"