LUKISAN KASIH IBU
Dikelas 5 SD, kami diberi tugas rumah oleh Bu Guru untuk membuat lukisan dengan cat minyak pada triplek sebesar pigura. Aku yang tak pandai melukis, termasuk yang belum mengumpulkan tugas itu dalam beberapa minggu. Selain itu, dirumah aku tak berani mengatakan pada ibu, takut tak ada uang untuk membeli bahan dan alat yang diperlukan.
Saat – saat mendesak tiba. Bu Guru mengancam akan memberi nilai nol pada raport mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan jika tidak mengumpulkan tugas, itu artinya akan tidak naik kelas bagi yang tidak mengumpul. Pada malam harinya, aku memberanikan diri berbicara dengan tangis berlinang, mengungkapkan ketidak mampuanku melukis. Ibuku yang bijaksana dengan cepat merespon, berjanji akan membeli cat besok dan membantu melukis. Hatiku masih dilanda kekhawatiran, tetapi ibu meyakinkanku bahwa besok aku pasti bisa melakukannya.
Keesokan harinya, ibu belanja membeli kebutuhan melukis berupa cat dengan beberapa warna dan kuas, kebetulan dibelakang rumah ada sisa triplek bekas memperbaiki plafon rumah. Cukup untuk membuat dua pigura. Sepulang sekolah, ibu memintaku ganti baju dan makan, lalu menyuruhku istirahat dan bersiap melukis. Pada awalnya aku berpikir dua pigura itu akan kugunakan untuk ku melukis semua, mungkin sebagai cadangan apabila lukisan satunya rusak.
Didepan kami terdapat lukisan burung Bangau yang sedang berdiri diair dengan kaki terangkat satu dan dimulutnya terdapat ikan kecil. Ibuku mengambil triplek, kemudian mengambil peralatan lukisnya, kemudian sambil berkata, “Coba kamu perhatikan ibu, nanti ibu contohkan cara melukisnya”. Ibuku mulai melukis burung Bangau tersebut dengan cekatan sambil terus bicara menjelaskan bagian mana yang harus dimulai, dan tidak berapa lama lukisannya selesai, persis seperti digambar. Kemudian giliranku melukis burung Bangau, dengan terkagum kagum aku juga mencoba melukis burung Bangau juga, dan sesekali ibuku memperbaiki apa yang salah dari yang kulukis, dengan susah payah aku berhasil menyelesaikan tugas Seni Budaya dan Keterampilan itu, walau tidak sebagus punya ibuku aku merasa bangga dengan apa yang aku capai.
Aku berpikir ternyata ibuku yang sekolahnya Cuma tamatan SD punya bakat melukis yang hebat, ibuku tidak hanya pandai masak pikirku lagi. Dan walaupun dia bisa membuatkan tugas lukisan buatku untuk dikumpul di Sekolah, dia tidak mau menyuruhku membawa lukisannya, dia malah langsung memberi contoh bagaimana melukis yang baik dan menyuruhku mempraktekkannya sendiri.
Malam harinya, kami menjemur disinar lampu agar lukisan ku cepat kering dan bisa dikumpul disekolah. Banyak teman – teman memuji lukisanku, dan ibu guru juga senang melihatnya dan akhirnya memberi nilai yang bagus. aku bersyukur berkat ibu masalah yang selama ini menjadi kekhawatiranku selesai berkat bantuannya.
Dalam cerita ini aku benar - benar memahami bahwa kasih ibu tak terhingga, Ibuku tidak hanya memberikan contoh yang baik, tapi juga memberiku kepercayaan diri untuk mencoba dan belajar. Kasih sayangnya benar – benar tulus dan tidak terbatas serta akan selalu hadir untuk melindungi dan membantu anaknya, bahkan dalam kesulitan sekalipun.
Terima Kasih Ibuku.
Posting Komentar untuk "LUKISAN KASIH IBU"